Kamis, 29 Oktober 2009

CERPEN

BIS NO. 99
“Ayo, ayo, Blok M, Blok M,” terdengar suara nyaring kondektur wanita, Gea biasa dipanggilnya. Cewek tomboy ini asyik menikmati pekerjaanya. Meskipun cewek, Gea tidak pantang menyerah meskipun terasa peluh menekan pundaknya. Cucuran keringat terus membasahi punggung dengan handuk di lehernya. Rupiah demi ru[piah ia kumpulkan di Bis no. 99, di siulah gsesuap nasi ia cari. Gea harus menghidupi adik – adiknya sendirian. Terik matatahari seakan membakar kulitnya yang mulus hingga hitam. Walau hitam ( briwnish ). Gea adalah tetap terlihat sebagai cewek yang manis. Ia selalu mengais rupiah di bis no. 99 itu.
Saat itu udara panas, bis terus berjalan dan terus berjalan. Ditelanlah air liur, terlihat Gea menahan dahaga. Hingga menjelang sore, ia terus menahan haus dan lapar. Bispun telah berulang kali keluar masuk di terminal.
Pada suatu hari yang sejuk, gea tampak bahagia. Ia mulai bekerja lagi di bis no. 99 bersama sopirnya yang bernama Pak Min. Ayo gea cari penumpang yang banyak, ‘’teriak Pak Min”. dengan sigap Gea langsung mencari penumpang, mari pak, Bu Blok M – Blok M, “teriak Gea”. Penumpangpun penuh sesak bis berjalan menuju terminal Blok M. gea berjalan dari depan hingga ke belakang bis. Ia mengumulkan dan menarik rupiah dari para penumpang. Dipegangnya uang pecahan itu, hingga ia harus mengantonginya. Raut wajah terlihat bersinar , mungkin karena dapat rejeki banyak. Penumpang bi situ satu per satu telah naik dari pangkuannya dan turun ke tempat tujuannya. Pada akhirnya bis kembali kosong dan terisi beberapa penumpang saja. Gea bisnya kosong ya??? “ Tanya Pak Min”. Iya pak kosong nih,”jawab Gea”. Bis terus melaju dan berhenti karena seorang penumpang cowok naik ke bus no. 99. Cowok itu naik bis dan duduk di sela –sela bangku bis yang berada di dekat pintu. Ketika cowok itu, yang bernama Bent itu sedang asyik gea menghampirinya. Ongkos Bang, “pinta Gea”. Bent merogoh saku belakangnya dan memberikan uang pas kepada Gea. Saat itulah Bent merasakan dirinya terpanah asmara terhadap Gea. Bent mencoba berkenalan, Neng boleh kenalan nggak, namanya siapa,”sapa Bent”. Sambil bertanya nama Ben melontarkan tangannya untuk bersalaman, namun Gea tak meresponnya. Mereka saling berhadapan karena wilayah duduk Bent berada tepat di belakang Gea sehingga dengan asyiknya Bent merayu Gea. Apaan sih, “teriak Gea”, sambil menuju ke bangku sopir.
Setelah sampai di terminal semua penumpang turun termasuk Bent.
Keesokan harinya, Bent berangkat ke kampus ( biasa ank kuliahan ) dengan bis. Namun, setia kali ada bis yang lewat ia hanya diam saja. Ia hanya menunggu bis jurusan ke kampusnya yang no. 99. Akan tetapi 1 jam Bent menunggu bi situ tiadalah terlihat bangkainya. Hingga Bent memutuskan untuk naik bis yang lain.
Di kampus Bent menceritakan kepada Niko ( sahabat Bent ) tentang kejadian yang telah dialaminya bertemu dengan kondektur manis. Bent menceritakan panjang lebar tentang kejadian itu. Hingga akhirnya Bent meminta Niko untuk membantunya, Ko kamu bisa bantu aku gak,”pinta Bent”. Bantu apa,ooo…kenalin sama cewek itu,”jawab Niko”. Alright, kamu tepat sekali,”teriak Bent”. Mereka berdua ternyata di kampus hanya ngobrol saja, biasa Dosen pergi. Siasat – siasat gerilya mereka rencanakan untuk bisa berkenalan dengan Cewek itu. Beberapa amberlalu mereka telah selesai bincang – bincang dan kedua pria itu pulang karena hari sudah siang. Mereka pulang dengan mersi super sip yaitu bis kota. Halte depan kampus menjadi sasaran tunggu mereka dan biasanya sesuai siasat mereka menunggu bis no. 99.
Terlihat dari jauh warna kuning bis kota, dan ternyata itu adalah bis no. 99. Bent menyetop bis itu, mereka langsung naik melewati pintu belakang. Sambil berbisik bent menunjukkan Cewek itu kepada Niko, Ko itu cewek yang aku taksir,”bisik Bent”. Cantik juga ya,”jawab Niko”. Saat itu penumpang penuh, banku tidak ada yang kosong namun, tidak ada penumpang yang berdiri. Ge berjalan mengais rupiah dari para penumpang, Bang ongkos,”Gea meminta kepada Bent”. Ni berdua,”seru Bent’. Namun Bent, dan Niko takut untuk menjalankan siasatnya untuk berkenalan. Niko kemudian memberanikan diri untu bertanya, namanya siapa Neng,”Tanya Niko”. Mau apa sih, “jawab Gea”, sambil menunjukan nama yang tertempel di bajunya. Oooo….. Gea, dengan cuek dan marah Gea memperlihatkan raut muka yang pucat ( ia baru saja sakit ). Bent mengajak untuk berbicara ( mengenal lebih jauh ). Akan tetapi dengan kemarahannya Gea menolak ajakn Bent. Bent juga terus memaksa Ge. Berkali kali ia menolak akhirnya Gea bersedia walaupun terpaksa. Di terminal Gea dan Bent berbicara lebar dan Niko hanya melihat dari kejauhan. Entah kenapa Gea marah dan berlari menuju jalan raya, Bent dan Niko mengejarnya. “Hai tunggu”, mereka mengejar Gea. Setelah berhenti dan sambil terbatuk – batuk Gea berkata,”udahlah kalian jangan ganggu aku lagi, kalian pergi aja, aku mau cari uang”. Lalu datanglah pak Min, “Gea kamu mau kerja lagi apa tidak”,gertak Pak Min.
Melihat situasi tersebut Bent sadar dan ia memberikan sejumlah uang kepada Gea, namun gea menolaknya. Walaupu Gea anak miskin Gea tetap sabar dan tabah. Gea sambil muntah sedikit kembali bekarja bersama Pak Min sedangkan Ben dan Niko hanya memandangi dengan rasa iba. Bis telah berjalan jauh, mereka kembali pulang dengan rasa sedih. Kasihan juga,,,, “seru Niko”.
Tiga hari kemudian Bent dan Niko pulang dari kampus, tetapi sekarang mereka naik mobil Jazz. Mereka berhenti di tempat parker dan menuju halte untuk menemui Gea di bis no. 99. Ketika bi situ datang, bi situ tidak berhenti meskipun Bent telah menghentikannya. Merekapun naik mobil dan mengejar bis situ. Terkejarlah bi situ dan berhenti di depan bis. Turun dari pintu Pak Min dan Gea, kamu mau apa lagi kamu jangan ganggu aku lagi, aku mau kerja,”gertak Gea”. Aku Cuma mau memberikan ini, Bent mengulurkan tangannya ( terdapat bunga mwar merah ). Ragu – ragu Gea menerima bunga itu. Ketegangan itu sirna ketika Bent dan Niko pergi.
Rasa marah ada pada Gea, namun ia juga bahagia dengan bunga yang diberikan Bent. Gea terus memandangi bunga itu di dalam bis bahkan di rumah pun bunga itu di pajangnya. Kejadian yang telah terjadi siang itu di tulislah di sebuah diary Gea. ia juga masih marah kepada Bent karena Bent telah menggangu kerjaannya.
Pagi iu Gea bangun kesiangan, ia bergegas berangkat kerja. Sesampainya di pool ( garasi ) bis, Bent telah menunggunya. Kamu mau apa lagi sih!!! “gea marah”. Aku Cuma mau ngajak kamu aja kok dinner ( makan malam ) nanti malam. Jika kamu tidak keberatan aku harap ikamu bisa datang,”pinta Bent”.aku tunggu di café Fresh Off pukul 19.00, sembari berkata Bent pergi naik mobil. Dengan ajakan Bent Gea merasa bingung bercampur marah.
Hingga malamnya gea memtuskan untuk datang Dinner. Bent tampak terkejut akan kecantikan paras Gea. sambil memesan makanan Bent terus memandangi Gea. makanan yang telah didepan mereka makan. Ayo gea dimakan,’’suruh Bent”. Tetapi Gea hanya makan camlan yan sudah ada di depan meja dan smbil baruk – batuk kecil.
Pada saat itu Gea marah, entah kenapa apa yang terjadi. Aku makan, kamu tidak usah ganggu hidupku lagi, aku ingin bebas,”pinta Gea kepada Bent”.” Udah deh”, gea pergi sambil terbatuk – batuk dan meninggalkan tisu bekas tutup batknya dia atas meja. Gea,,,,Gea kamu mau kemana,”kejar Bent”. Namun Bent tidak mengejarnya dan Bent hanya menjadi lesu tertunduk sedih. Dilihatnya sepercik darah di tisu bekas batuk Gea. Bent menjadi amat sedih, ia takut terjadi hal yang buruk pada Gea.
Beberapa hari Bent tidak bertemu dengan Gea. setelah seminggu setelah pertemuan itu Ben dan Niki mencoba mengunjungi rumah Gea. di gubuk tua Gea tinggal bersama adik – adiknya. Assalamu’alaikum, Bent mengucapkan salam sambil mengetuk pintu. Ternyata saat itu yang keluar bukan Gea tetapi adinya yang bernama Dila. Iya ada apa Mas, Tanya Dila. Kak Gea ada Dik,Tanya Bent”. Sambil mengeluarkan air mata dan wajah yang pucat Dila menjawab sambil erpatah – patah,”kakkk,,,Gee…a udah tidak ada. Apa, maksudnya meninggal,”Bent berteriak”. Iya,,,,, bent menangis menyesalkan hal tersebut, seolah olah bent tidak percya bahwa Gea telah meninggal. Ini tidak mungkin,kenapa ini harus terjadi Tuhan,”bent kembali teriak”.
Dila, Bent, dan Niko pergi mengunjungi makiam Gea. sambil tertatih – tatih lemas Bent mencium nisan makam Gea. sembari itu bent membaca diary Gea yang telah diberikan Dila. Bent sangat terkejut dan semakin sedih setelah ia mengetahui bahwa Gea juga mencintainya. Akhirnya mereka bertiga pulang sambil menangis. Itulah kisah dari Bis no 99.
“SEKIAN”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar